KONFLIK
INTERNASIONAL
1. Mengapa Terjadi Konflik
Sejak abad ke 20, pengetahuan tentang konflik sosial mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Hal ini juga diikuti oleh peningkatan teknologi dan
peningkatan jangkauan kekerasan yang terjadi. Dalam mempelajari konflik,
terdapat beberapa pengertian tentang konflik. Park dan Burgess mendefinisikan konflik secara sederhana yaitu
sebagai sarana perebutan status, sedangkan Mack
dan Snyder mendefinisikan konflik bukan hanya dikarenakan adanya perebutan
status tapi juga dikarenakan langkanya sumber daya alam dan adanya perubahan
sosial yang sangat berarti.
Dari berbagai teori yang dipakai dalam mendefinisikan konflik, maka konflik
dapat didefinisikan sebagai situasi dimana aktor menggunakan perilaku konflik
yaitu dengan melawan aktor lainnya untuk mencapai tujuan yang bertentangan
antara aktor satu dengan aktor lainnya atau untuk mengungkapkan permusuhan.
Perilaku konflik dalam hal ini adalah semua perilaku yang membantu suatu
kelompok untuk mencapai tujuannya yang bertentangan dengan tujuan kelompok atau
aktor lain sehingga dapat menimbulkan rasa permusuhan aktor satu dengan aktor
lain.
Kebanyakan konflik melalui berbagai macam tingkatan atau tahapan. Tahapan
konflik ini ditandai oleh berbagai macam levels
of violence. Level kekerasan ini terdiri dari beberapa periode, periode ini
dimulai dengan munculnya ketegangan yang terjadi antar kelompok, diikuti dengan
adanya konfrontasi atau masing-masing aktor sudah saling berhadapan, lalu
pecahnya kekerasan dan meningkatnya perang militer. Setelah perang usai
muncullah tahap penyelesaian dan kemudian konflik ini mengalami beberapa tahap
penurunan yang ditandai dengan adanya genjatan senjata, diikuti dengan
pembuatan perjanjian penyelesaian konflik secara formal, rapprochement atau penyesuaian dan pada akhirnya terjadi reconciliation atau perdamaian kembali.
Namun, adapula kasus konflik yang tidak melalui levels of violence seperti
kasus Angola yang terjadi pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an, dimana
konflik yang hampir terselesaikan menjadi konflik lagi dan bahkan menimbulkan
kekerasan yang lebih parah daripada konflik pertama.
Dari levels of violence dapat
dilihat bahwa konflik mengalami evolusi, yaitu dari tingkat tidak terlihat atau
latent conflict dimana konflik yang
ada tidak dapat dilihat atau tidak dapat diobservasi. Tingkatan ini berubah
menjadi konflik yang terlihat atau manifest
conflict dimana dalam menifest
conflict, konflik yang terjadi dapat diteliti dan terlihat perilakunya
sehingga lebih mudah untuk diselesaikan daripada latent conflict.
Konflik sering dihubungkan dengan kekerasan atau violence. Ada tiga argumen penting dalam mengartikan violence atau kekerasan. Pertama, Mahatma Gandhi berargumen bahwa
setiap tindakan kekerasan yang timbul dikarenakan ketidakmerataan dan
ketidakadilan jika mengalami ketidakmampuan akan lebih baik. Masih ada harapan
bagi orang-orang yang bertindak keras untuk menjadi orang yang tidak keras dan
tidak ada harapan untuk menjadi lemah. Jadi, menolak tindakan kekerasan menurut
Gandhi tidaklah membuat seseorang menjadi lemah. Kedua, argumen dari David Barash yang mengatakan bahwa kekerasan
merupakan wujud dari sifat agresivitas manusia, sehingga kekerasan tidak dapat
dipisahkan dengan konflik. Ketiga,
Margaret Mead berpendapat bahwa kekerasan merupakan bagian kecil dari kehidupan
manusia yang bersifat kondisional, sehingga kekerasan muncul secara tidak
disadari akibat adanya sifat timbal balik yang dimilik oleh manusia.
2. Perang Dunia I, II, dan Perang Dingin
a. Perang Dunia Pertama
Perang Dunia I (atau juga dinamakan Perang Dunia Pertama, Perang Besar, Perang Negara-Negara, dan Perang untuk Mengakhiri Semua Perang)
adalah sebuah konflik dunia yang
berlangsung dari 1914 hingga 1918. Lebih dari
40 juta orang tewas, termasuk sekitar 20 juta kematian militer dan sipil.
Awal mula perang
ini terjadi setelah Pangeran Franz Ferdinand dari Austria-Hongaria
(sekarang Austria)
dibunuh anggota kelompok teroris Serbia, Gavrilo Princip di Sarajevo. Tidak pernah terjadi
sebelumnya konflik sebesar ini, baik dari jumlah tentara yang dikerahkan dan
dilibatkan, maupun jumlah korbannya. Senjata kimia digunakan untuk pertama kalinya,
pemboman massal warga sipil dari udara dilakukan, dan banyak
dari pembunuhan
massal berskala besar pertama abad ini berlangsung saat perang ini. Empat
dinasti, Habsburg, Romanov, Ottoman dan Hohenzollern, yang mempunyai akar
kekuasaan hingga zaman Perang Salib, seluruhnya jatuh setelah perang.
Perang Dunia I menjadi momentum pecahnya orde dunia lama,
menandai berakhirnya monarki absolutisme di
Eropa. Ia juga menjadi pemicu Revolusi Rusia, yang akan
menginspirasi revolusi lainnya di negara lainnya seperti Tiongkok dan Kuba, dan akan menjadi basis bagi Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika
Serikat. Kekalahan Jerman dalam perang ini dan kegagalan untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang masih menggantung yang telah menjadi sebab terjadinya
Perang Dunia I akan menjadi dasar kebangkitan Nazi, dan dengan itu pecahnya Perang Dunia II pada 1939. Ia
juga menjadi dasar bagi peperangan bentuk baru yang sangat bergantung kepada teknologi, dan akan melibatkan non-militer dalam
perang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.
PD I terkenal dengan peperangan parit perlindungannya, di mana
sejumlah besar tentara dibatasi geraknya di parit-parit perlindungan dan hanya
bisa bergerak sedikit karena pertahanan yang ketat. Ini terjadi khususnya
terhadap Front Barat. Lebih dari 9 juta jiwa meninggal di medan perang, dan
hampir sebanyak itu juga jumlah warga sipil yang meninggal akibat kekurangan
makanan, kelaparan, pembunuhan massal, dan terlibat secara tak sengaja dalam
suatu pertempuran.
b.
Perang Dunia
Kedua
Perang Dunia kedua, (biasa disingkat PDII) adalah
konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, termasuk
semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi militer yang
berlawanan yaitu; Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terbesar sepanjang
sejarah dengan lebih dari 100 juta personil. Dalam keadaan "perang
total," pihak yang terlibat mengerahkan seluruh bidang ekonomi, industri,
dan kemampuan ilmiah untuk melayani usaha perang, menghapus perbedaan antara
sipil dan sumber-sumber militer. Lebih dari tujuh puluh juta orang, mayoritas
warga sipil, tewas. Hal ini menjadikan Perang Dunia II sebagai konflik paling
mematikan dalam sejarah manusia.
Dapat
dikatakan bahwa PD II dimulai saat Jerman menginvasi Polandia pada tanggal 1 September 1939, dan
berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 pada saat Jepang menyerah kepada tentara Amerika Serikat. Secara resmi PD II berakhir ketika
Jepang menandatangani dokumen Japanese Instrument of Surrender di atas kapal USS Missouri pada tanggal 2 September
1945, 6 tahun setelah perang dimulai. Perang Dunia II berkecamuk di tiga benua tua; yaitu Afrika, Asia dan Eropa.
c.
Perang Dingin
Perang Dingin (Cold War) ditandai dengan pembagian blok yang kentara antara
Blok Timur pimpinan Uni Soviet yang berhaluan komunisme dengan blok Barat
pimpinan Amerika Serikat yang menganut kapitalisme. Hubungan internasional pada
kurun waktu sejak berakhirnya Perang Dunia II tak lepas dari kerangka Perang
Dingin.
Adanya Dominasi Uni Soviet dan Amerika Serikat terhadap para
sekutunya menyebabkan hubungan internasional sangat dipengaruhi kepentingan
kedua negara adidaya. Tidak mengherankan muncullah blok-blok aliansi yang
lebih didasarkan pada persamaan ideologis. Hampir semua langkah diplomatik
dipengaruhi oleh tema-tema ideologis yang kemudian dilengkapi dengan perangkat
militer. Pertentangan sistem hidup komunis dan liberal ini sedemikian
intensifnya sehingga pada akhirnya perlombaan senjata tak dapat dihindarkan
lagi karena dengan jalan menumpuk kekuatan nuklir itulah jalan terakhir
menyelamatkan ideologinya.
Menurut Juwono Sudarsono (1996), secara resmi apa yang dikenal sebagai
Perang Dingin berakhir pada kurun waktu 1989-1990 dengan runtuhnya Tembok
Berlin pada 9 November 1989 serta menyatunya Jerman Barat dan Jerman Timur pada
3 Oktober 1990. Perkembangan itu disusul dengan bubarnya Uni Soviet pada 25
Desember 1991 bersamaan dengan mundurnya Mikhail Gorbachev sebagai kepala
negara. Setelah berakhirnya Perang Dingin yang ditandai antara
lain runtuhnya Tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet, Amerika Serikat menjadi satu-satunya
negara adidaya.
Jika dicermati dari polanya, Paradigma
Perang Dingin 1949-1989 seperti Juwono jelaskan terbagi pada beberapa tahap
perkembangan sesuai dengan realitas hubungan antar bangsa. Juwono menilai
secara politis Perang Dingin terbagi atas tahap 1947-1963 dengan beberapa
puncak persitiwa seperti Blokade Berlin 1949, Perang Korea 1950-1953, Krisis
Kuba 1962 dan Perjanjian Proliferasi Nuklir (NPT) 1963. Selanjutnya selama
Perang Vietnam 1965-1975, paradigma Perang Dingin terbatas pada persaingan
berkelanjutan antara AS dan Uni Soviet di beberapa kawasan strategis dunia.
Menurut Juwono, salah satu yang terpenting terjadi dalam Perang Arab-Israel
1967-1973. Perundingan senjata strategis yang mulai dirintis dan
dikukuhkan melalui Perjanjian SALT I juga menjadi salah satu ciri periode ini.
Selama kurun waktu yang panjang itulah isu-isu seperti pertentangan ideologis,
perebutan wilayah pengaruh, pembentukan blok militer, politik bantuan ekonomi
yang dilatarbelakangi kepentingan ideologis, spionasi militer dan pembangunan
kekuatan nuklir menjadi tema-tema penting.
Oleh karena itu di tengah pertentangan Blok Timur dan Barat itulah
muncul apa yang disebut Negara Non Blok. Indonesia menjadi salah satu pelopor
berdirinya Gerakan Non Blok (GNB) yang banyak menarik perhatian negara-negara
yang baru merdeka sesudah 1945. Cina meskipun tergolong negara besar dan
memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB, namun menjadi salah satu anggota GNB
hingga kini.
d. Upaya Mewujudkan Perdamaian
Internasional
Setidaknya ada beberapa cara pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka
mewujudkan perdamaian dunia. Diantara langkah-langkah tersebut, menurut Cipto
Wardoyo adalah:
1.
Melalui Kerjasama Internasional
Pada skala internasional, untuk menghindari konflik/
perang antar negara bisa dilakukan dengan cara membangun kemitraan dan
kerjasama yang erat antar negara. Kerjasama yang saling menguntungkan dalam
rangka mencapai kepentingan nasional masing-masing negara mutlak diperlukan,
disamping untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan dunia, namun hal yang
peting dari kerjasama internasional ini adalah terciptanya interdependensi yang
pada akhirnya akan menghindari negara-negara berkonfrontasi secara fisik (lihat
liberalisme).
2.
Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)
Dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia, setidaknya
kita mesti mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat ataupun sebuah negara. Dengan
mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah negara maka kita bisa
memahami karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya
dan karakteristik masyarakat atau suatu negara, kita bisa mengambil
langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan perdamaian. Dan
idealnya, pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam
mewujudkan perdamaian masyarakat Indonesia serta dunia.
3.
Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi
Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang dimaksud adalah terkait
masalah kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut
berpengaruh terhadap upaya perwujudan perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya
kurang sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan kekerasan di dalamnya.
Masyarakat atau negara yang kurang sejahtera biasanya tidak begitu peduli atas
isu dan seruan perdamaian, karena tekanan dan beban hidup yang berat. Maka
untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus dilakukan terlebih
dahulu adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan
negara di dunia ini.
4.
Melalui Pendekatan Politik
Pendekatan politik yang dimaksud adalah agenda
politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih
lagi bagi negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara-negara maju pada saat-saat
tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk melakukan intervensi positif
pada negara-negara yang berkonflik.
5.
Melalui Pendekatan Religius (Agama)
Pada dasarnya seluruh umat
beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya perdamaian. Sebab tidak ada
agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan ataupun peperangan. Semua
negara mengajarkan kebaikan, yang diantaranaya kepedulian dan perdamaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar