SEJARAH PENGEMBANGAN BAHASA DAN KEPRIBADIAN
A. Pengertian Bahasa
Kata bahasa sering dipergunakan
dalam berbagai konteks dengan berbagai macam makna. Ada orang yang berbicara
tentang “bahasa warna”, tentang “bahasa bunga” tentang “bahasa diplomasi”
tentang “bahasa militer”, dan sebagainya. Disamping itu dalam kalangan
terbatas, terutama dalan kalangan orang yang membahas soal-soal bahasa, ada
yang berbicara tentang “bahasa tulisan”, “bahasa lisan”, “bahasa tutur”, dan
sebagainya. (Kushartanti, 2005:3-4). Kata
‘bahasa’ dalam percakapan sehari-hari mempunyai berbagai-bagai arti. Dalam
kalimat “Dia berbahasa Indonesia”, kata ‘bahasa’ berarti alat komunikasi
manusia. Tidak demikian dalam kalimat “Dia tidak tahu bahasa”. Kata ‘bahasa’ di
sini berarti sopan santun atau tata tertib. (Supardo, 1988:1)
Bagi linguistik ‘ilmu yang khusus
mempelajari bahasa’ yang dimaksudkan dengan bahasa ialah sistem tanda bunyi
yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat
tertentu dalam bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Defenisi
tersebut dijelaskan dan diuraikan sebagai berikut:
Pertama, bahasa adalah sebuah
sistem, artinya bahasa itu bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara tak
beraturan. Seperti halnya sistem-sistem lain, unsur-unsur bahasa “diatur”
seperti pola-pola yang berulang sehingga kalau hanya salah satu bagian saja
tidak tampak, dapatlah “diramalkan” atau “dibayangkan” keseluruhan ujaran.
Kedua, bahasa adalah sebuah sistem
tanda. Tanda adalah “hal atau benda yang mewakili sesuatu, atau hal yang
menimbulkan reaksi yang sama bila orang menanggapi (melihat, mendengar, dan
sebagainya) apa yang diwakilinya itu”. Setiap bagian dari sisten itu atau
setiap bagian dari bahasa tentulah mewakili sesuatu.
Ketiga, bahasa adalah sistem bunyi.
Pada dasarnya bahasa itu berupa bunyi. Apa yang kita kenal sebagai tulisan
sifatnya sekunder, karena manusia dapat berbahasa tanpa mengenal tulisan.
Beberapa jenis huruf bahkan tidak daripada turunan belaka dari bunyi.
Keempat, supaya orang dapat bekerja
sama dan berkomunikasi, bahasa digunakan berdasarkan kesepakatan. Artinya,
sesuatu yang diberi makna di dalam bahasa tertentu karena demikianlah
kesepakatan pemakai bahasa itu. Para pengguna baru tinggal mempelajarinya.
Kelima, bahasa bersifat produktif.
Artinya, sebagai sistem dari unsur-unsur yang jumlahnya terbatas bahasa dapat
dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya.
Keenam, bahasa bersifat unik.
Artinya, tiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang tidak harus ada dalam
bahasa lain.
Ketujuh, kebalikan dari hal yang
diungkapkan sebelumnya, adapula sifat-sifat bahasa yang dipunyai oleh bahasa
lain, sehingga ada yang bersifat universal, ada pula yang hampir universal. Hal
ini misalnya kita lihat dalam bahasa indonesia. Salah satu ciri Bahasa
Indonesia ialah konfiks ke-an hanya dapat bergabung dengan sebanyak-banyaknya
dua bentuk. Disamping itu, bahasa indonesia juga mempunyai sifat agak
universal, misalnya bahwa pada umumnya adjektiva mengikuti nomina.
Kedelapan, bahasa mempunyai
variasi-variasi karena bahasa itu dipakai oleh kelompok manusia untuk
bekerjasama dan berkomunikasi, dan karena kelompok manusia itu banyak ragamnya
terdiri dari laki-laki, perempuan, tua, muda dan ragam lainnya. Setiap manusi
mempunyai kepribadian sendiri, dan hal ini yang paling nyata tertonjol dalam
hal berbahasa. Walaupun suatu kelompok sosial mempunyai satu bahasa dan para
anggota kelompok itu tidak akan dapat bekerja sama tanpa bahasa-bahkan kelompok
sosial itu takkan terwujud tanpa bahasa. Keseragaman tidak akan tampak pada
bahasanya. Tiap orang, secara sadar atau tidak, mengungkapkan ciri khas
kepribadiannya dalam bahasanya sehingga bahasa tiap orangpun mempunyai ciri
khas yang sama sekali tidak sama dengan bahasa oranglain.
Kesembilan, dengan bahasa suatu
kelompok sosial juga mengidentifikasi dirinya. Diantara semua ciri budaya,
bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa tiap
kelompok sosial merasa diri sebgai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain.
Bagi kelompok-kelompok sosial tertentu, bahasa tidak sekadar merupakan sistem
tanda, melainkan sebagai lambang identitas sosial.
Kesepuluh, karena digunakan manusia
yang masing-masing mempunyai cirinya sendiri untuk berbagai keperluan, bahasa
mempunyai fungsi. Fungsi itu bergantung pada faktor-faktor siapa, apa, kepada
siapa, tentang siapa, di mana, bilamana, berapa lama, untuk apa, dan dengan apa
bahasa itu diujarkan.
Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi arbiter yang
digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,
dan mengidentifikasi diri. Menurut
Wojowasito berpengertian bahwa bahasa adalah alat manusia mengungkapkan
pikiran, perasaan, pengalaman yang terdiri dari lambang-lambang bahasa. (Sanggup Barus, 2014: 1)
B. Sejarah Bahasa
Asal mula bahasa pada
spesies manusia
telah menjadi topik perdebatan para ahli selama beberapa abad. Walaupun begitu,
tidak ada kesepakatan umum mengenai kapan dan umur bahasa
manusia secara pasti. Salah satu permasalahan yang membuat topik ini sangat
sulit dikaji adalah kurangnya bukti langsung. Akibatnya, para ahli yang ingin meneliti
asal mula bahasa harus menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti lain seperti catatan-catatan fosil
atau bukti-bukti arkeologis, keberagamanan bahasa kontemporer, kajian akuisisi bahasa,
dan perbandingan antara bahasa manusia dengan sistem komunikasi hewan,
terutama sistem
komunikasi primata lain. Secara umum ada
kesepakatan bahwa asal mula bahasa manusia berkaitan erat dengan asal usul perilaku
manusia modern, namun terdapat
perbedaan pendapat mengenai implikasi-implikasi dan keterarahan hubungan
keduanya.
Langkanya bukti empiris
membuat banyak ahli menganggap topik ini tidak dapat dijadikan kajian penting.
Pada tahun 1866, Société
de Linguistique de Paris bahkan melarang
perdebatan mengenainya. Larangan tersebut tetap berpengaruh di banyak negara
barat hingga akhir abad ke-20. Sekarang, ada banyak hipotesis mengenai bagaimana,
kenapa, kapan dan di mana bahasa mungkin pertama kali muncul. Tampaknya tidak
begitu banyak kesepakatan pada saat ini dibandingkan seratus tahun lalu, saat teori evolusi
Charles
Darwin lewat seleksi alam-nya
menimbulkan banyak spekulasi mengenai topik ini. Sejak awal 1990-an, sejumlah
ahli bahasa,
arkeologis,
psikologis,
antropolog,
dan ilmuwan profesional lainnya telah mencoba untuk menelaah dengan metode baru
apa yang mereka mulai pertimbangkan sebagai permasalahan tersulit dalam sains. (Wikipedia, 2017)
C. Pengertian Kepribadian dan pengembangan Kepribadian
Kepribadian adalah segala sesuatu
yang mendasari kebiasaan, sikap, pola reaksi (pengenalan diri, cara berfikir,
dan bertingkah laku, cara merasa, cara mengendalikan diri, cara mengungkapkan
dirinya, cara menggali potensi dirinya, membentuk citra dirinya, cara
berkomunikasi, dan lainnya), bahkan juga cara menghadapi situasi kritis, bisa
di ajarkan. Ada pembawaan-pembawaan khusus yang dapat diarahkan, diajarkan, dan
diterapkan oleh setiap individu yang mana bisa ditempuh melalui
pelatihan-pelatihan atau pendidikan , kursus-kursus yang melatih dan
menganjarkan.
Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh
dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang
menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori,
penelitian dan pengukurannya. Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat
kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi Kepribadian merupakan
kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku social
tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun
perbuatan. Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan karena banyaknya boleh
dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang
menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori,
penelitian dan pengukurannya.
Beberapa pengertian kepribadian menurut para ahli:
1. Menurut koentjaraningrat kepribadian adalah beberapa ciri
watak yang diperlihatkan seseorang secara lahir, konsistensi, dan konsekuen.
Setiap manusia melakukan proses sosialisasi berlangsung selama manusia masih
hidup di dunia ini. Kepribadian seseorang individu dapat terbentuk dalam
bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda
dengan orang lain.
2. Menurut George herbert mead kepribadian adalah tingkah
laku manusia berkembang melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian
dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia akan berkembang melalui interaksi denngan
anggota masyarakat.
3. Menurut Theodore R Newcombe kepribadian adalah organisasi
sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
4. Menurut Roucek dan Warren kepribadian adalah organisasi
faktor-faktor sosiologis, psikologis, dan biologis yang didasari oleh perilaku
individu.
5. Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan tingkah
laku dari seseorang dengan suatu sistem kecenderungan tertentu yang
berinteraksi dengan serangkaian situasi.
Pengembangan kepribadian adalah
suatu proses yang mengasah sifat-sifat baik pada diri seseorang dan mengurangi
sifat-sifat yang buruk. Hal ini ditekankan pada pengembangan diri, karena pada
dasarnya pengembangan diri adalah mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki
seseorang, agar bisa terwujud lebih efektif dan efisien. Setip individu adalah
mahluk ciptaanNya yang utuh dan spesifik, sebagai manusia kita tumbuh dan
berkembang bersama orang lain, dan karenanya dibutuhkan manusia lain. Tidak
mungkin ia berkembang seorang diri, ia membutuhkan orang lain untuk
menyampaikan idenya, hasil karyanya, dan aspirasinya. Dalam mencapai cita-citanya
dan tujuan hidupnya. Karena itu manusia berkembang bersama orang lain dan
lingkungannya.
Namun karena kita ini manusia yaitu
satu-satunya mahluk yang mempunyai kemampuan berbahasa, maka agar bobotnya
seimbang dalam pengembangan kepribadiannya haruslah di tunjang dalam kemampuan
berkomunikasi dan kemampuan menyatakan dirinya, kemampuan menyesuaikan dirinya
serta kemampuan membawa dirinya melalui jalur pengembangan diri.
D. Hubungan Bahasa dengan Pengembangan Kepribadian
Sebagai lambang kebanggaan
kebangsaan, bahasa indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang
mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebangsaan kita inilah, bahasa
indonesia kita pelihara dan kita kembangkan serta rasa pemakaiannya senantiasa
kita bina (Zaenal Arifin, 2009:12). Dalam
hal inilah sangat tampak nyata bagaimana kita meletakkan bahasa sebagai
pengembangan kepribadian kita yang juga awalnya didasari oleh kebudayaan yang
kita anut sesuai dengan asal daerah masing-masing. Sebab bahasa adalah hal yang
paling utama sebab selalu berkaitan dengan setiap kegiatan kehidupan kita
sehari-hari dan selalu menunjukkan bagaimana kita bersosialisasi dengan sesama
dan dengan orang lain.
Pengalaman
berbahasa yang amat berharga dalam pengembangan kepribadian ini kemudian
dikukuhkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa bahasa negara
adalah bahasa indonesia(Lapoliwa, 1985:5).
Penegasan ini menunjukkan kedudukan dan fungsi yang bersifat formal. Sebagai
bahasa negara, bahasa ini harus digunakan dalam berbagai komunikasi resmi baik
dalam berbagai komunikasi resmi baik dalam lembaga pemerintahan maupun
nonpemerintahan, termasuk diberbagai tingkat lembaga pendidikan di negara
Republik Indonesia.
Sejak 2002 bahasa indonesia
ditetapkan sebagai mata kuliah wajib bagi setiap mahasiswa di perguruan tinggi
dalam kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian. Hal ini, selain untuk mengembangkan kepribadian, juga untuk
menjadikan bangsa indonesia sebagai sarana komunikasi ilmiah bagi mahasiswa dan
ilmuwan lulus perguruan tinggi. Pengalaman membuktikan bahwa jumlah penulisan
buku ilmiah indonesia relatif kecil. Disisi lain, hampir setiap mahasisa
mengeluh jika ditugasi oleh dosen untuk menulis makalah, kertas kerja (paper),
skripsi, atau karangan ilmiah lainnya. Sekalipun mengeluh tugas tersebut memang
dibuat oleh mahasiswa, namun bahasa yang digunakan belum memenuhi harapan.
Sebagai matakuliah pengembang kepribadian, pengajaran bahasa Indonesia
bertujunan agar mahasiswa memahami konsep penulisan ilmiah dan menerapkannya dalam
penulisan karya ilmiahnya. Untuk itu, mahasiswa dibekali bekali berbagai
keterampilan kognitif, psikomotorik, dan afektif yang terkait dengan penggunaan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang sekaligus dapat mengembangkan
kecerdasan, karakter, dan kepribadiannya. Melalui pembelajaran, penguasaan
bahasa Indonesia dapat mengembangkan berbagai kecerdasan, karakter dan kepribadian.
Orang yang menguasai bahasa Indonesia secara aktif dan pasif akan dapat
mengekspresikan pemahaman dan kemampuan dirinya secara sistematis, logis dan
lugas. Hal ini dapat menandai kemampuan mengorganisasi karakter dirinya yang
terkait dengan potensi daya pikir, emosi, keinginan, dan harapannya. Yang
kemudian diekspresikannya dalam berbagai bentuk artikel,proposal proyek, penulisan
laporan, dan lamaran pekerjaan.
Disisi lain, orang yang menguasai
bahasa indonesia dengan baik akan mampu pula memahami konsep-konsep, pemikiran,
dan pendapat orang lain. Kemampuan ini akan dapat mengembangkan karakter dan
kepribadiannya melalui proses berpikir sinergis, yaitu kemampuan menghasilkan
konsep baru berdasarkan pengalaman yang sudah dimilikinya bersamaan dengan
pengalaman yang baru diperolehnya. Dampaknya, orang yang berkarakter demikian
akan menjadi lebih cerdas dan kreatif dalam memanfaatkan situasi, stimulus, dan
pengalaman baru yang diperolehnya.
Fungsi bahasa sebagai pengembangan
kepribadian adalah: mengembangkan kemampuan berkomunikasi ilmiah dalam berbagai
media islam dalam berbagai media lisan maupun tulisan. Mengembangkan kemampuan
akademis. Mengembangkan berbagai sikap, seperti sikap ilmiah dan sikap
paradigmatis dalam mengembangkan pola-pola berfikif serta sikap terpelajar
dalam mengaktualisasi hasil belajarnya. Mengembangkan kecerdasan berbahasa.
Mengembangkan kepribadian terutama menciptakan kreativitas baru terkait dengan
pengalaman, pengetahuan, potensi, dan situasi baru yang dihadapinya, serta
kemampuan mengekpresikannya, mengembangkan kecerdasan berbahasa. Mengembangkan
kepribadian terutama menciptakan kreativitas baru terkait dengan pengalaman,
pengetahuan, potensi, dan situasi baru yang dihadapinya, serta kemampuan
mengekpresikannya.
Dari tutur kata seseorang kita bisa
menilai kepribadian seseorang. Baik dia mampu menempatkan diri dengan lawan
bicaranya. Bagaimana dia bersikap terhadap orang yang lebih tua dan juga yang
lebih muda dari pada dirinya. Dalam hal ini orang-orang yang memiliki
keprobadian yang baik mampu memposisikan dirinya dalam segala hal yang terjadi
dalam kehidupannya serta mampu memposisikan dirinya dalam lingkungan sosialnya.
Disinilah orang-orang harus berbahasa sesuai dengan tempatnya.
Kemampuan
ini didukung penggunaan bahasa yang santun yaitu bahasa yang halus, sopan,
menghargai orang lain, tidak menunjukkan kemampuan diri berlebihan dihadapan
orang lain. Selain itu, kemampuan ini didukung penggunaan bahasa yang benar
yaitu bahasa yang sesuai dengan asturan dan kaidah bahasa Indonesia. Seseorang dikatakan
mempunyai kepribadian baik jika perilakunya ( ucapan, budi bahasa, tindakan,
perbuatan ) dapat diterima oleh orang lain. Semakin luas lingkungan masyarakat
yang dapat menerima kebaikannya, berarti kebaikan pribadinya semakin sempurna.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang digunakan
oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri. Bahasa digunakan untuk melakukan komunikasi dengan pihak
lain sehingga pihak lain paham dan mengerti apa yang kita maksud. Dengan
berbahasa ini, kita juga dapat mengetahui kepribadian kita dan mengembangkan
kepribadian kita tersebut.
Kepribadian adalah segala sesuatu yang mendasari
kebiasaan, sikap, pola reaksi pengenalan diri, cara berfikir, dan bertingkah
laku, cara merasa, cara mengendalikan diri, cara mengungkapkan dirinya.
Pengembangan kepribadian adalah suatu proses yang mengasah sifat-sifat baik
pada diri seseorang dan mengurangi sifat-sifat yang buruk. Disisi lain, orang
yang menguasai bahasa indonesia dengan baik akan mampu pula memahami
konsep-konsep, pemikiran, dan pendapat orang lain.
B. Saran
Dengan berdasarkan keseluruhan pembahasan yang telah
kelompok penulis tuturkan maka penulis menyarankan agar kiranya kita mampu
menguasai bahasa kita secara baik dan menunjukkan kepribadian kita yang baik
pula dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi
Buku:
Kushartanti,
D. (2005). Pesona Bahasa. Jakarta: IKAPI.
Lapoliwa, H. (1985). Kongres Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sanggup
Barus, D. (2014). Pendidikan Bahasa Indonesia. Medan: Unimed Press.
Supardo,
S. (1988). Bahasa Indonesia dalam Konteks. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Zaenal Arifin, A. T. (2009). Cermat
Berbahasa Indonesia. Jakarta: IKAPI.
Referensi
internet:
Wikipedia.
(2017, Agustus 07). Wikipedia Ensiklopedia bebas. Dipetik Agustus 30, 2017, dari
Wikipedia Ensiklopedia bebas.org:
https://id.wikipedia.org/wiki/Asal_mula_bahasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar