Senin, 20 November 2017

PERILAKU MENYIMPANG PADA REMAJA MASA KINI



PERILAKU MENYIMPANG PADA REMAJA MASA KINI

ABSTRAK

            Perilaku menyimpang sering terjadi karena kebebasan yang terlalu banyak yang diperoleh oleh remaja dari kalangan keluarga atau lingkungannya. Biasanya perilaku menyimpang akan sangat rentan dengan yang namanya pergaulan bebas dan pada kajian kali ini penulis akan menjelaskan tentang perilaku menyimpang pada pergaulan remaja saat ini, hal ini mengingat akan banyak dan maraknya sikap tersebut yang kita jumpai pada remaja saat ini. Dan untuk kali ini penulis memiliki tujuan untuk memberitahukan bagaimana perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini agar para remaja atau generasi muda yang ada saat ini mampu menjauhkan diri dari hal-hal semacam ini. Metode penelitian yang penulis pilih pada kajian kali ini adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan sistem holistika pada beberapa sumber bacaan yang boleh penulis jadikan sebagai referensi. Hasil dari penelusuran yang penulis lakukan maka penulis menemukan bahwa saat ini memang perilaku menyimpang pada pergaulan remaja saat ini sangatlah tinggi tingkatannya. Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini sangat membutuhkan perhatian. Karena remaja yang saat ini perlu menerima beberapa dukungan moril agar boleh menjadi penerus negeri ini yang layak dan hebat.
Kata Kunci: Perilaku Menyimpang, Pergaulan Bebas Remaja.
                 


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

            Perilaku menimpang adalah sesuatu hal bukan lagi menjadi hal yang baru bagi kita. karena bukan hanya kali ini saja kita melihat banyak kejadiannya di kalangan remja yang ada disekitar kita. orang-orang sering sekali beranggapan bahwa perilaku menyimpang adalah sesuatu hal yang sangat sulit untuk diatasi dan dirubah. Meningat akan kejadian-kejadian yang ada dimasalampau. Namun sebenarnya walaupun hal inia dalah sangat sulit kita selesaikan setidaknya kita bisa meminimalisir efeknya bagi lingkungan kita serta mencegah generasi-generasi muda sekarang agar jangan sampai mengalami perilaku menyimpang.
Penyelesaian akan kasus seperti ini bukan harus diselesaikan selesaikan atau dilakukan antisipasi pada lingkungan keluarga saja tetapi juga lingkungan sekolah, teman sepermainan dan media massa. Maka dalam hal inilah sebenarnya kita mampu memposisikan diri sebagai agen untuk melakukan pencegahan daripada perilaku menyimpang. Pada lingkungan sekolah hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan meteri tentang pembahasan perilaku menyimpang pada mata pelajaran PKn atau pada pelajaran Moral, sebab pada hal inilah siswa akan mau menerima setiap sarang yang diberikan guru disekolah dan akan melakukan mawas diir karena sudah paham akan dampak yang akan dia terima jika dia masih terjerumus akan perilaku menyimpang.
Perilaku menyimpang bisa saja mewabah dari pada teman sepermainan remaja karena biasanya anak-anak remaja akan selalu mengikuti gaya dan pola hidup yang sedang dijalani oleh teman-temannya, dan mereka paling malu dengan yang namanya berbeda atau tidak sejalan dengan kelompoknya. Padahal belumtentu jika mereka sudah sama maka mereka akan menuntun temannya kearah yang baik namun implementasinya adalah berbanding terbalik. Teman sepermainanlah agen paling utama dalam penyebaran dan pemberhentian perilaku menyimpang. Sikap peduli sosial akan sesama adalah sikap yang harus dipupuk sejak dini.
Perilaku menyimpang dalam pergaulan bebas remaja saat ini adalah hal yang pali penting kita pahami mengingat ini mulai masuk pada era ekonomi global. Sehingga akan makin banyak lagi budaya barat yang akan masuk dan pastinya akan lebih sulit lagi bagi kita untuk menyelesaikannya mengingat dampak budaya terlebih dahulu yang belum mampu diselesaikan. Oleh karena itu pada penelitian kali ini yang penulis tuntut hanyalah kedewasaan kita dalam berpikir guna menanggapai setiap kebudayaan yang masuk.
Membentuk perkembangan dan kepribadian serta sebagai pengontrol bagi anaknya untuk dapat memberikan batasan-batasan dalam menjalani kehidupan sosial mulai semakin terkikis dengan masuknya era modernisasi. Dengan kurang tanggapnya pada diri orang tua mengenai pentingnya aturan-aturan bagi remajanya, mengakibatkan remaja merasa bebas untuk menerima segala informasi yang di dapat dari luar baik hal tersebut mengarahkan ke hal yang negatif seperti melakukan seks bebas. Dengan ditunjang adanya pendukung seperti internet, tayangan-tayangan yang menjurus pada seks bebas dan banyaknya video porno yang beredar semakin meyakinkan remaja untuk meniru hal tersebut. Dalam rentang waktu kurang dari dasawarsa terakhir, kenakalan remaja semakin menunjukkan peningkatan yang sangat memprihatinkan. Diantara berbagai macam kenakalan remaja, seks bebas selalu menjadi bahasan yang selalu menarik untuk diteliti selain kasus tawuran dan pecandu alkohol. Seks bebas yang dilakukan oleh remaja (mahasiswa) bisa dikatakan bukanlah suatu kenakalan lagi,
melainkan suatu hal yang dianggap wajar dan telah menjadi kebiasaan.       

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah  yang telah diuraikan di atas, maka terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja dengan melihat pada agent yang mempengaruhi sikapnya. Secara spesifik dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.      Apa yang mempengaruhi perilaku bebas remaja saat ini?
2.      Siapa saja agent-agent yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini?
3.      faktor-faktor penyebab perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja masa kini?
4.      Bagaimana perilaku siswa mempengaruhi perilaku menyimpang?

C. Batasan masalah

Dalam identifikasi masalah yang penulis bahas sebelumnya telah penulis jabarkan tentang berbagai berbagai masalah yang berkaitan tentang faktor-faktor yang memepengaruhi perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja masa kini. Dengan mempertimbangkan kemampuan penulis, biaya, keterbatasan waktu, dan luasnya cakupan masalah, maka perlu diadakan pembatasan masalah penelitian yang akan penulis kaji. Maka penulis membatasi permasalah ini hanya pada:
1.      Apa saja yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini?
2.      Apa saja jenis  perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini?
3.      Bagaimana cara untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat dari perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini?

D. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah,identifikasi masalah,dan pembatasan masalah  yang telah dikemukakan di atas,maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
2.      Siapa saja agent-agen yang memepengaruhi perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini?
3.      Bagaimana cara untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat dari perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini?

E. Tujuan penelitian                                                                                

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.      Untuk mengetahui apa saja yang  mempengaruhi perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini.
2.      Agar penulis dan pembaca mengerti akan agent-agent yang memepengaruhi perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini.
3.      Supaya dapat menjelaskan tentang bagaimana cara untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat dari perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini.

F. Manfaat penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian di atas,diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat berupa:
a.    Manfaat secara teoritis
1.      Untuk menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca laporan yang penulis buat
2.      Untuk memberikan informasi tentang perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini.
3.      Dapat dijadikan sebagai bahan pembanding  untuk penelitian selanjutnya.
b.        Manfaat secara praktis
1.      Dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengatasi perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini.
2.      Sebagai bahan masukan bagi penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Studi Literatur

Perilaku menyimpang remaja disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita saat mental artinya perilaku remaja tersebut menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku di dalam suatu masyarakat tertentu, yang disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “menyimpang” Tentang normal tidaknya perilaku remaja. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation) sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan ini disebut dengan devian (deviant).
Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk tingkh laku menyimpang yang melewati batas dari kewajiban, tuntutan, peraturan, syarat, serta perasaan malu. Atau pergaulan bebas bisa dikatakan sebagai tingkah laku menyimpang yang tidak mematuhi aturan etika agama ataupun etika kesusilaan. Pengertian pergaulan yaitu adalah proses hubungan pada individu atau individu dengan kelompok, sedangkan bebas adalah terlepas dari kewajiban, aturan, tuntutan, etika agama serta kesusilaan. Pergaulan punya pengaruh pada pembentukan karakter atau kepribadian seorang individu baik pergaulan positif atau negatif.
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.
Pada masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, generasi muda seolah-olah terjepit antara norma-norma lama dengan norma-norma baru (yang kadang-kadang belum terbentuk). Generasi tua seolah-olah tidak menyadari bahwa sekarang ukurannya bukan lagi segi uasi akan tetapi kemampuan. Akan tetapi persoalnnya adalah bahwa generasi muda sama sekali tidak diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya, setidak-tidaknya demikianlah pendapat mereka.
Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada periode ieu, sesorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak, untuk menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisi karena belum adanya pegangan, sedangkan keprbadiannya sedang mengalami pembentukan. Pada waktu itu dia memerlukan bimbingan terutama dari orangtuanya. Betapa besarnya pengaruh kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian. Akan tetapi dalam perkembangan pembentukan kepribadian tersebut tidak hanya kebudayaan yang memainkan peranan pokok. Organisme biologis seseorang, lingkungan alam , dan sosialnya juga memberi arah. Inti kebudayaan setiap masyarakat adalah sistem nilai yang dianut oleh masyarakat pendukung kebudayaan bersangkutan. Sehingga dikebal pembagian antara nilai-nilai yang positif dan nilai-nilai yang negatif.
Pada umumnya mahasiswa hidup merantau di daerah orang lain dan lepas dari pengawasan orang tua, di mana hal tersebut cenderung menjadikan mahasiswa untuk menentukan perilakunya sendiri. Mulai dari masalah pendidikannya, teman bergaul, gaya hidup dan menentukan tempat tinggal sementara (kost). Rumah kost adalah tempat tinggal sementara bagi mahasiswa dari luar kota atau perantauan yang sedang menempuh pendidikan di Universitas pilihannya. Dalam arti sebenarnya, rumah kost memiliki fungsi yang positif, yaitu tempat sebagai rumah sementara, tempat belajar, tempat beristirahat. Tetapi pada saat ini semua berbalik arah, di mana rumah kos sekarang memiliki fungsi tambahan yaitu sebagai tempat untuk melakukan seks bebas. Berbicara mengenai beralihnya fungsi rumah kos bahwasannya saat ini memang telah terjadi banyak kasus yang memberitakan jika rumah kos telah berubah menjadi tempat dalam pemfasilitasan melakukan hubungan seks. Seperti beberapa fenomena berikut ini yang terkait dengan permasalahan seks bebas dilakukan di rumah kost.
Tindakan seksual dikalangan mahasiswa disatu sisi merupakan tuntutan dari dalam diri, mengingat usia mahasiswa sudah pada tingkat kematangan seksual. Tetapi disisi lain hal itu juga akan berpengaruh pada proses pembelajaran sosial dan akademik bagi mahasiswa dalam menempuh pendidikannya. Dari sinilah timbul suatu masalah, sehingga penulis ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku seks bebas yang dilakukan mahasiswa.
Pergaulan bebas bisa diketahui dengan beberapa ciri-ciri yang menandakannya diantaranya adalah: penghamburan harta untuk memenuhi hasrat seks bebasnya, rasa ingin tahu yang begitu besar, terjadi beberapa perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan serta tanggung jawab yang dihadapi, terjerat dalam pesta hura-hura dengan memakai obat-obat terlarang seperti ganja, putau, ekstasi, serta pil-pil setan yang lain, menimbulkan perilaku munafik dalam masyarakat, perilaku yang tidak baik, pakaian terbuka, mudah mengalami kegelisahan, tak sabar, emosional, senantiasa ingin melawan, rasa malas, perubahan dalam hasrat, senantiasa menunjukkan eksistensi serta kebanggaan diri dan senantiasa ingin coba banyak hal, sering mengalami tekanan mental serta emosi, dan ingin memperoleh harta serta uang dengan menghalalkan segala cara termasuk dengan jalan yang salah, keji serta haram.

B. Kerangka Teoritis

            Perilaku menyimpang ialah perilaku yang dianggap oleh sebagian orang perilaku yang melanggar nilai dan norma yang telah tercipta di dalam masyarakat, seperti dikatakan oleh Horton dan Hunt (1984:65). “penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat”. Di sekolah, perilaku yang dianggap menyimpang ialah perilaku yang melanggar aturan yang telah diberikan oleh sekolah dan telah dimuat dalam tata tertib yang telah mengatur segala bentuk perilaku yang tidak dibolehkan untuk dilakukan di sekolah, dan kemudian pihak sekolah yang akan memberikan hukuman atau sanksi kepada siswa yang bermasalah sebagai upaya pengendalian atataupun agar memeberi efek jera bagi siswa dikemudian hari. Dengan tujuan agar tidak lagi ditemukan ada lagi perilaku menyimpang yang muncul. (Jurdi, 2013)
Adapun tempat atau fasilitas kota yang cenderung dijadikan tempat bagi para remaja untuk mengekspresikan segala bentuk perilakunya diluar norma baku yang berlaku dalam masyarakat yaitu di ruang terbuka yang ada di perkotaan. Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan beraktivitas bersama diudara terbuka. Ruang terbuka (open spaces), Ruang Terbuka Hijau (RTH), ruang publik (public spaces) mempunyai pengertian yang sama. Secara teoritis yang dimaksud dengan ruang terbuka adalah ruang yang berfungsi sebagai tempat untuk kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok serta tempat makhluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Dapat dikatakan pula ruang terbuka yaitu suatu tempat yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik. (Sitanggang, 2016)
Terkait dengan penyimpangan perilaku remaja, teori "Differential Association" yang dikembangkan oleh Sutherland dalam Atmasasmita (2009:13) didasarkan pada arti penting proses belajar. Menurut Sutherland dalam Atmasasmita (2009:13) perilaku menyimpang yang dilakukan remaja sesungguhnya merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. Selanjutnya menurut Sutherland dalam Atmasasmita (2009:14-15) perilaku menyimpang dapat ditinjau melalui sejumlah proposisi guna mencari akar permasalahan dan memahami dinamika perkembangan perilaku. Proposisi tersebut antara lain:
1.        Perilaku remaja merupakan perilaku yang dipelajari secara negatif dan berarti perilaku tersebut tidak diwarisi (genetik). Jika ada salah satu anggota keluarga yang berposisi sebagai pemakai, maka hal tersebut lebih mungkin disebabkan karena proses belajar dari obyek model dan bukan hasil genetik.
2.        Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja dipelajari melalui proses interaksi dengan orang lain dan proses komunikasi dapat berlangsung secara lisan dan melalui bahasa isyarat.
3.        Proses mempelajari perilaku biasanya terjadi pada kelompok dengan pergaulan yang sangat akrab. Dalam keadaan ini biasanya mereka cenderung untuk kelompok di mana ia diterima sepenuhnya dalam kelompok tersebut. Termasuk dalam hal ini mempelajari norma-norma dalam kelompok. Apabila kelompok tersebut adalah kelompok negatif niscaya ia harus mengikuti norma yang ada.
4.        Apabila perilaku menyimpang remaja dapat dipelajari maka yang dipelajari meliputi : teknik melakukannya, motif atau dorangan serta alasan pembenar termasuk sikap.
5.        Arah dan motif serta dorongan dipelajari melalui definisi dari peraturan hukum. Dalam suatu masyarakat terkadang seseorang dikelilingi oleh orang-orang yang secara bersamaan memandang hukum sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan dan dipatuhi. Tetapi kadang sebaliknya, seseorang dikelilingi oleh orang-orang yang memandang bahwa hukum sebagai sesuatu yang memberikan paluang dilakukannya perilaku menyimpang.
6.        Seseorang menjadi delinkuen karena ekses dari pola pikir yang lebih memandang aturan hukum sebagai pemberi peluang dilakukannya penyimpangan daripada melihat hukum sebagai sesuatu yang harus diperhatikan dan dipatuhi.
7.        Diferential association bervariasi dalam hal frekuensi, jangka waktu, prioritas dan intensitasnya.
8.        Proses mempelajari perilaku menyimpang yang dilakukan remaja menyangkut seluruh mekanisme yang lazim terjadi dalam proses belajar. Terdapat stimulus-stimulus seperti: keluarga yang kacau, depresi, dianggap berani oleh teman dan sebagainya merupakan sejumlah eleman yang memperkuat respon.
9.        Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja merupakan pernyataan akan kebutuhan dan dianggap sebagai nilai yang umum.
Menekankan realitas sebagai proses adalah menekankan kenormalan perubahan. Perubahan tidak lagi dipandang sebagai penyimpangan dari keadaan normal kejadian. Tepatnya perubahan adalah keadaan normal dari kejadian. Tetapi menegaskan realitas sebagai proses, bukan berarti menegaskan realitas sebagai khayalan manusia. Prinsip perubahan dan kelanggengan, keduanya melekat di dalam realitas:”perubahan saja tanpa kelanggengan adalah suatu perjalanan dari ketiadaan ke ketiadaan, kelanggengan saja tanpa perubahan, tak dapat langgeng. Karena itu, senantiasa terjadi perubahan lingkungan manusia, dan kesegaran manusia akan menguap karena perulangan semata. (Lauer, 2001:190)
Di Indonesia, secara umum penyimpangan perilaku pada remaja diartikan sebagai kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Perilaku remaja ini mempunyai sebab musabab yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual. Kartini Kartono (1998: 24) mengemukakan bahwa, anak-anak remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya kurang memiliki kontrol diri, atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, dan suka menegakkan standar tingkah laku sendiri, disamping meremehkan keberadaan orang lain. Kejahatan yang mereka lakukan itu pada umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subjektif, yaitu untuk mencapai satu subjek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresif. Pada umumnya anak-anak muda tadi sangat egoistis, dan suka sekali menyalahgunakan dan melebih-lebihkan harga dirinya. (Su’ud, 2011)
Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan. Yakni, keinginan untuk melawan (misalnya dalam bentuk radikalisme, delinkuensi dan sebagainya) dan sikap yang apatis (misalnya penyesuaian yang menbabi buta terhadap ukuran moral generasi tua). Perbedaan kedewasaan sosial dengan kematangan biologis tidak terlalu mencolok; posisinya dalam masyarakat antara lain ditentukan oleh usia. (Soekanto, 2001:414)
Di sekolah, perilaku yang dianggap menyimpang ialah perilaku yang melanggar aturan yang telah diberikan oleh sekolah dan telah dimuat dalam tata tertib yang telah mengatur segala bentuk perilaku yang tidak dibolehkan untuk dilakukan di sekolah, dan kemudian pihak sekolah lah yang akan memberikan hukuman atau sanksi kepada siswa yang bermasalah sebagai upaya pengendalianataupun agar memberikan efek jera bagi siswa yang melanggar aturan yang telah ditetapkan supaya dikemudian hari tidak lagi ditemukan siswa yang berperilaku menyimpang di sekolah. (Mayasari, 2014:13)
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. (Anggreni, 2015)

Rounded Rectangle: PERILAKU MENYIMPANG DALAM PERGAULAN BEBAS REMAJA MASA KINI

C. Kerangka Berpikir




 








Faktor penyebab pergaulan bebas dilandasi oleh berbagai hal diantaranya yakni:
1.        Rendahnya taraf pendidikan keluarga. Rendahnya taraf pendidikan keluarga punya pengaruh besar sebagai penyebab terjadinya pergaulan bebas. Misalnya, keluarga mengizinkan sang anak untuk berpacaran serta ditambah tidak ada pengawasan yang mengakibatkan anak terjerumus dalam pergaulan bebas.
2.        Keadaan keluarga yang tidak stabil. Kondisi keluarga sangat berpengarus pada perilaku atau perkembangan psikis remaja yang mana kondisi orangtua yang tidak harmonis yang membuat perkembangan psikis anak terganggu serta anak cenderung mencari kesenangan diluar untuk merasa bahagia, dan melupakan hal yang terjadi dikeluarganya lantara orangtua tak memberi kasih sayang, hingga sang anak mencari kesenangan diluar berbuntut pada pergaulan bebas.
3.        Orangtua yang kurang memperhatikan. Tak diperhatika oleh orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya hingga anak kurang memeperoleh perhatian dan membuat sang anak bebas dalam melakukan segala hal.
4.        Lingkungan setempat kurang baik. Lingkunga sekitar adalah faktor pembentuk kepribadian seseorang, bila dilingkungan tersebut adalah lingkungan yang kurang kondusif maka sang anak akan terjerumus ke dalam pergaulan bebas dimana kita ketahui kalau perkembangan seseorang lebih ditentukan pada lingkungan daripada keluarga.
5.        Kurang berhati-hati dalam berteman. Teman bisa membimbing kita kearah yang positif serta negatif dimana sebagian besar pergaulan bebas terjadi lantaran berteman dengan orang yang tidak baik.
6.        Kedaan ekonomi keluarga. Keluarga yang ekonominya yang rendah, membuat anak tidak bisa besekolah serta umumnya banyak juga yang putus sekolah yang membuat pergaulan anak itu dengan remaja yang senasib yang membuat tingkah laku sang anak jadi tambah parah.
7.        Kurang kesadaran remaja. Kurangnya kesadaran remaja terjadi adalah implikasi dari kurangnya pengetahuan remaja itu akan efek pergaulan bebas.
8.        Terdapat teknologi informasi (internet). Dari adanya internet mempermudah untuk mengakses jenis macam budaya yang tidak coocok dengan etika ketimuran.
Terjadinya pergaulan bebas memberi dampak besar baik bagi diri sendiri, orangtua, masyarakat serta negara, beberapa dampak itu dari efek yang diakibatkan dari pergaulan bebas diantaranya adalah:
1.        Bahaya dari pergaulan bebas yaitu seks bebas. Seks bebas yaitu dua orang yang berhubungan suami istri tanpa ada ikatan pernikahan sampai dengan kehamilan diluar nikah yang sudah pasti memalukan dir sendiri, orangtua, masyarakat, serta indonesia  dengan adat ketimuran.
2.        Ketergantungan obat. Dari ajakn teman lantaran pikiran yang masih labil menggiringnya mengonsumsi obat terlarang hingga membuat ketagihan dengan ketergantungan obat-obat terlarang sampai berlebihan dan beresiko over dosis yang diakhiri dengan kematian.
3.        Menurunnya tingkat kesehatan. Pergaulan bebas bisa menyebabkan beragam penyakit seperti HIV AIDS serta banyak yang menggugurkan kandungan yang sudah pasti membahayakan kesehatannya dan mengonsumsi obat-obatan yang terlarang yang semua hal itu bisa menurunkan kesehatan.
4.        Meningkatkan kriminalitas. Bahaya pergaulan bebas bisa merenggangkan hubungan pada keluarga lantaran beberapapenyebab yang umumnya karena emosi meledak-ledak serta bahkan juga hingga rasa hormat pada orangtua hilang.
5.        Menyebarkan penyakit. Pergaulan bebas yang akrab dengan seks bebas, serta narkoba membuat beragam penyakit yang bisa menyerang orang-orang sekitar yang tidak bersalah.
6.        Menurunnya prestasi. Seseorang dengan pergaulan bebas lebih cenderung bersenang-senang serta bisa menghilangkan konsentrasi belajar akibat dari kinuman keras serta narkoba.
7.        Berdosa. Pergaulan bebas sudaj pasti akan memperoleh dosa yang belum dirasakan pada saat masih hidup. Tetapi waktu kematian menjemput yang dihantarkan terhadap balasan atas dosa-dosa yang pernah diperbuat yakni keneraka.
Cara mengatasi pergaulan bebas atau bebrapa jalan keluar penanganan dan pencegahan pergaulan bebas dengan beberapa cara diantaranya sebagai berikut:
1.        Memperbaiki cara pancang. Bersikap optimis dan hidup dalam kenyataan untuk mendidik anak-anak untuk berupaya serta menerima hasil usaha meskipun tidak sesuai dengan apa yang diinginkan hingga jadiakhirnya mengecewakan bisa menyikapi dengan positif.
2.        Jujur pada diri sendiri. Mengerti srta tahu apa yang paling baik untuk dirinya hingga tak menganiaya emosi serta diri mereka sendiri.
3.        Menenmkan nilai ketimuran. Nilai ketimuran atau nilai keagamaan begitu penting dalam membuat keputusan kepribadian seseorang dengan meningkatkan keimanan. Sebagai pegangan atau perisai untuk berpikir ke pergaulan bebas.
4.        Menjaga keseimbangan pola hidup maksudnya yaitu dengan manajemen waktu, serta emosi serta energi supaya sennatiasa beroikir positif dengan kegiatan positif setiap hari.
5.        Banyak melakukan aktivitas secara positif. Dengan adanya banyak kesibukan positif jadi tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal negatif.
6.        Memikirkan masa depan. Memikirkan masa depan merupakan cara supaya bisa membuat langkah-langkahnya dalam meraih hari esok yang ia cita-citakan yang dia mimpikan supaya tak menjadi seseorang yang hampa tanpa ada harapan serta tanpa ada cita-cita.
7.        Kurangi menonton televisi. Televisi menjadi sumber informasi yang mendidik, tetapi sebenarnya bertolak belakang. Lantara umumnya televisi Cuma menyiarkan hiburan-hiburan dengan nilai-nilai gaya hidup bebas.
8.        Senantiasa membaca buku. Membaca buku memberi kita wawasan luas baik itu wawasan dalam pelajaran  disekolah ataupun wawasan akan kehidupan yang baik serta mengetahui lebih cepat hal-hal yang tidak baik dan tak bisa dilakukan.
9.        Berkomunikasi dengan baik. Dengannberkomunikasi dengan baik kita bisa berhubungan baik dengan orang-orang dan membuat orang-orang tahu akan diri kita serta tak mengajak pada hal yang negatif lantaran lingkungan atau masyarakat tidak akan mengganggu.
10.    Sosialisasi bahaya pergaulan bebas. Dengan sosialisasi akan bahaya pergaulan bebas membuat orang-orang terlebih para remaja tahu bahaya yang dilakukan yang diakibatkan dari pergaulan bebas sebagai langkah pencegahan.
11.    Menegkkan aturan hukum. Dengan penegakan aturan hukum memberi dampak jera pada pergaulan bebas serta sebagai benteng terakhir untuk menyelamatkan generasi muda anak bangsa indonesia.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang peneliti pakai dalam kajian kali ini adalah dengan deskriptif kualitatif. Yakni peneliti menjelaskan segala data yang peneliti temukan dengan mempertimbangkan kefaktualan dan keabsahan data yang diperoleh melalui pembacaan jurnal dan dan pembacaan buku-buku yang terkait dengan pembahasan yang penulis kaji. Disini penulis tidak memakai metode dengan penelitian langkung kelapangan karena dengan melakukan pertimbangan akan studi, waktu dan kesempatam yang saat ini sedang kelompok penulis alami. Maka daripada itu penelitian kali ini peneliti melakukan deskriptif kualitaif atas data-data yang diperoleh dari berbagai sumber bacaan yang ada.

B. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang peneliti pakai dalam penelitian kali ini dengan materi perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini adalah Libarary Research (Riset Pustaka), yaitu penulis menggunakan fasilitas perpustakaan dan fasilitas umum internet (untuk menemukan artikel jurnal terkait) untuk mendapatkan teori-teori yang mendukung penulisan penelitian ini dengan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

C. Variabel Penelitian

Variabel diperlukan sebagai sarana atau objek yang menjadi fokus peneliti. Menurut Arikunto (1998: 101) bahwa “variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Maka melihat pada penelitian kali ini peneliti memilih variabel bebas, yaitu perilaku menyimpang pada pergaulan remaja dan  memakai segala sumber bacaan yang memiliki keterkaitan dengan topik yang sedang peneliti kaji. Dengan beberapa indikator yakni penyimpangan yang bersifat amoral dan asusilaPenyimpangan yang dianggap melanggar hukum dan diselesaikan dengan
hukum acapkali bisa disebut sebagai suatu tindakan kejahatan dan juga bersifat anti sosial.

D. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini metode untuk analisis data menggunakan teori Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sutopo (2006:11), mengemukakan bahwa proses analisis data yaitu sebagai berikut:
1.        Pengumpulan data yaitu data pertama dan data mentah dikumpulkan dalam suatu penelitian.
2.        Reduksi data yaitu proses memilih, memfokuskan, menerjemahkan dengan membuat catatan mengubah data mentah yang dikumpulkan dari penelitian ke dalam catatan yang telah disortir atau diperiksa.
3.        Penyajian data yaitu menyusun informasi dengan cara tertentu sehingga diperlukan kemungkinan penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.
4.        Penarikan kesimpulan yaitu langkah meliputi makna yang telah disederhanakan, disajikan dalam pengujian data dengan cara mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan secara logis dan metodelogis, konfigurasi yang memungkinkan diprediksi hubungan sebab akibat melalui hukum-hukum empiris.









BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Perilaku menyimpang adalah sikap yang muncul pada diri individu yang tidak sesuai dengan aturan ataupun norma-norma yang ada. Perilaku ini biasanya ada yang dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu lingkungan keluarga dan juga lingkungan sosial baik teman sepergaulan ataupun keadaan sekitar tempat tinggal individu. Sebenarnya perilaku ini boleh saja dihindari jika individu tersebut mampu mengendalikan dirinya sendiri karena perubahan pada diri akan mengalami hal yang terbik jika di awali dari dalam diri individu. Namun disamping hal ini faktor pendorong atau penyemangat dari luar juga sangat diperlukan misalnya dari orang tua ataupun temen dekat dari individu tersebut.
Sesuai dengan penelusuran yang telah peneliti lakukan maka dapat dipahami bahwa memang pada masa remajalah perilaku menyimpang ini banyak terjadi. Hal ini karenakan pada masa inilah seorang individu lagi dalam fase peralihan. Sehingga ketika ada dorongan atau pengaruh asing maka akan sangat mudahn diterima oleh individu tersebut. Orang-orang tidak banyak yang mengira bahwa pada asa seperti inilah para remaja memerlukan dukungan dari setiap anggota keluarganya karena remaja yang mengalami pergaulan bebas biasanya adalah mereka yang kurang perhatian. Perhatian bisa saja tidak dapat diterima karena orang tua terlalu sibuk bekerja dan orangtua yang sering bertengkar.
Karena hal buruk yang ia terima dilingkungan keluarganyalah yang memotivasi dirinya untuk mencari kesenangan diluar rumah. Namun, dengan kesalah sedikit yakni alah memilih teman sepergaulan maka remaja tersebutpun akan sangat mudah terjerumus pada pergaulan bebas. Karena dalam memilih teman sepermainan atau sepergaulan maka kita harus bijak yakni mengingat temanlah orang yang paling mudah membawa remaja kearah yang positif atau kepada arah yang negatif.
Memang jika peneliti perhatikan hal ini sangatlah miris dan menyedihkan mengingat banyaknya generasi muda saat ini yang hancur dan rusak masa depan hanya karena pergaulan bebas. Sebab dalam pergaulan bebeas inilah mereka biasanya akan tersangkut dengan narkoba dan seks bebas. Yang dimana kedua hal ini adalah hal yang sangat sulit untuk dilepas tetapi mudah membuat kecanduan pada remajanya. Tak jarang mereka mempertaruhkan nyawa demi menggugurkan anak yang dikandungnya yang diperoleh dari pergaulan bebasnya. Padahal jika hal ini terus berlanjut maka dapat dipastika para generasi cemerlang bangsa ini tidak akan pernah tampak pada pemukaan dan membawa negeri ini keraha yang lebih baik lagi.

A. Perilaku Menyimpang Remaja Akibat Pergaulan Bebas Dalam Kasus Narkoba

Untuk kasus narkoba yang penulis kaji penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakain obat-obatan atau zat-zat berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar. Dalam kondisi yang cukup wajar/sesuai dosis yang dianjurkan dalam dunia kedokteran saja maka penggunaan narkoba secara terus-menerus akan mengakibatkan ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan.  Penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada tubuh dan mental-emosional para pemakaianya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi dalam jumlah berlebih maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial di dalam masyarakat. Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal, karena menghambat perkembangan kepribadianya. Narkoba dapat merusak potensi diri, sebab dianggap sebagai cara yang “wajar” bagi seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup sehari-hari.
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patologik dan harus menjadi perhatian segenap pihak. Meskipun sudah terdapat banyak informasi yang menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dalam mengkonsumsi narkoba, tapi hal ini belum memberi angka yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat perilaku menyimpang remaja dalam memanfaatkan ruang terbuka hijau di Taman Kota Tepian Mahakam Samarinda dengan menghisap lem. Hal ini dilakukan remaja karena kesulitan kondisi ekonomi, kurang perhatian orang tua, agar mempunyai banyak teman dan untuk menghilangkan masalah sementara. Perilaku menghisap lem para remaja ini tidak diketahui orangtua, karena Taman Kota Tepian Mahakam Samarinda kurang dipantau orangtua. Adapun untuk Satpol PP Kota Samarinda sering melakukan razia untuk menangkap remaja yang sedang menghisap lem dengan membawa ketahanan dan diberikan pembinaan, karena belum ada peraturan khusus yang memberikan ancaman pidana pada penghisap aroma lem. Selama ini yang di atur di Indonesia adalah terkait dengan narkotika dan psikotropika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Selain itu Satpol PP juga melakukan penyuluhan hukum tentang narkotika dan obat berbahaya (Narkoba) khususnya ngelemn ke sekolah-sekolah di daerah itu.
Ngisap lem jenis inhalen atau lem Rajawali merupakan perbuatan yang tidak baik untuk kesehatan bahkan sangat berbahaya bagi pelaku yang ketergantungan dengan lem, karena efek yang ditimbulkan dari menghirup uap lem itu sendiri “Lem Rajawali” hampir mirip dengan jenis narkoba yang lain yakni menyebabkan halusinasi, sensasi melayang-layang serta rasa tenang sesaat meski kadang efeknya bisa bertahan hingga 5 jam sesudahnya. Efek lain yang bisa ditimbulkan dari kegiatan “ngelem” ini sendiri antara lain adalah tidak merasakan lapar meskipun sudah waktunya makan karena ada penekanan sensor lapar di susunan saraf di otak.

B. Perilaku Menyimpang Remaja Akibat Pergaulan Bebas Dalam Kasus Seks Bebas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa remaja melakukan hubungan dengan lawan jenis dalam arti berpacaran adalah sebagai status sosial. Kalau ada status maka ada peran yang harus dilakukan. Peran merupakan sesuatu yang harus dilakukan sesuai dengan status yang disandangnya. Berpacaran adalah interaksi heteroseksual yang didasari oleh rasa cinta, kasih dan sayang untuk menjalin suatu hubungan yang lebih dekat pada esensinya untuk saling mengenal lebih jauh menuju pernikahan atau untuk mencari pasangan hidup yang dianggap cocok (Bachtiar A.K, 2004).
Remaja hanya memikirkan statusnya saja, tetapi mereka tidak mengetahui peran dalam berpacaran itu seperti apa. Oleh karena itu bagi remaja peran dalam berpacaran adalah untuk senang-senang saja. Maka dari itu sekarang sudah terjadi perubahan nilai dari pacaran itu sendiri. Dulu pacaran diartikan sebagai tahap pendekatan dua individu lawan jenis untuk melangkah ke jenjang yang lebih formal yaitu ikatan pernikahan, namun sekarang pacaran Pacaran dianggap sebagai pintu masuk yang lebih dalam lagi yaitu hubungan seksual pranikah sebagai wujud kedekatan dua orang lawan jenis yang sedang berpacaran. Tanpa ada komitmen yang jelas remaja terbawa untuk melakukan hubungan seksual dengan pacarnya.
Remaja mendapat pengalaman pertama melakukan hubungan seksual pranikah dari pacarnya. Kenapa sampai remaja ini melakukan hubungan seksual pranikah? Karena intensitas bertemu, selain itu juga terdapat pengaruh dari media yang didorong dari rasa ingin tahu yang tinggi maka remaja melakukan hubungan
seksual pranikah pada saat berpacaran. Dari sini juga terjadi pergeseran nilai dan norma. Nilai merupakan sesuatu yang dianggap benar, nilai yang dimaksud adalah seks itu adalah kebutuhan jasmani suami istri. Norma merupakan aturan untuk bertindak. Menurut jenis norma maka termasuk norma tata kelakuan (mores). Norma yang dimaksud adalah hubungan seks itu harusnya dilakukan setelah melakukan pernikahan, akan tetapi nilai itu berubah seks dilakukan pada saat berpacaran.
Yang termasuk dipelajari dalam proses menyimpang (seks pranikah adalah teknik penyimpangan dan motif dari penyimpangan tersebut. Motif dipelajari dari mendefiniskan norma yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Individu akan mempelajari alasan baik untuk menganut atau melanggar peran yang diberikan. Seperti sepasang remaja yang sedang berpacaran. Mereka mempunyai status sebagai pacar orang akan tetapi peran sebagai seorang pacar itu belum jelas definisinya. Sehingga para remaja ini mendefinisikan peran pacar itu seperti peran suami istri dan akhirnya perilaku yang dilakukan oleh suami istri juga dilakukan oleh remaja yang sedang berada pada masa berpacaran yaitu melakukan hubungan suami istri atau seks pranikah. Individu menjadi menyimpang karena pertimbangan yang lebih menguntungkan jika melanggar norma dibandingkan dengan tidak melanggar norma. Remaja melakukan seks pranikah karena lebih menguntungkan bisa merasakan hubungan suami istri tanpa harus menikah. Perilaku individu dipengaruhi pengalaman belajar yang saling bertentangan, jika penyimpangan dianggap lebih menguntungkan ia akan melakukan penyimpangan.
Pendidikan seksual yang minim menjadi salah satu pemicu seks pranikah. Pendidikan seksual bukan untuk mengajarkan seseorang melakukan seks akan tetapi dengan adanya pendidikan seksual maka seseorang akan dapat mengetahui cara menjaga kesehatan reproduksinya dan dapat mengetahui efek dari seks pranikah, sehingga mereka tahu dan dapat menghindarinya. Pendidikan seks memang harus diberikan kepada para remaja sebagai kontrol terhadap perilaku menyimpang. Akan tetapi disini diperlukan kerja sama dari berbagai pihak seperti keluarga, sekolah dan lembaga terkait untuk melakukan pendidikan seks. Keluarga merupakan kesatuan kelompok terkecil di dalam masyarakat. Lembaga keluarga mengatur manusia dalam melanjutkan keluarga (reproduksi), dengan fungsinya mengatur masalah hubungan seksual, tanggung jawab mendidik anak, mengatur hubungan kekerabatan dan memiliki fungsi afeksi (pembentukan sikap etika dan norma, serta mengatur masalah ekonomi keluarga dan melaksanakan pengendalian sosial.
Fungsi lembaga pendidikan adalah membantu orang dalam mengembangkan potensi dan mempersiapkan diri dalam dunia kerja, memberikan ketrampilan dasar, mentransmisi kebudayaan, dan membentuk manusia sosial. Fungsi dari lembaga agama adalah bantuan terhadap pencarian identitas moral, memberikan penafsiran-penafsiran untuk membantu memper jelas keadaan lingkungan fisik dan sosial seseorang, peningkatan kadar keramahan bergaul, kohesi sosial, dan solidaritas kelompok. Pendidikan seks yang telah dilakukan oleh sekolah dan keluarga ternyata belum bisa mencegah terjadinya perilaku menyimpang. Bahkan dari pendidikan seks yang dilakukan itu menjadi pintu dari rasa ingin tahu remaja. Dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi lembaga-lembaga tersebut tidak berjalan sesuai dengan realita.
Berikut beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas:
1.         Menciptakan kenangan buruk. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara moral perilaku dihantui rasa bersalah yang berlarutlarut. Keluarga besar pun turut menangung malu sehingga menjadi beban mental yang berat.
2.        Mengakibatkan kehamilan dan Aborsi Hubungan seks satu kali saja bias mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa subur. Kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang luar biasa. Kahamilan yang dianggap “kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku bahkan keturunannya. Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi. Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan Kanker Rahim. Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat mengakibatkan kematian.

            Dengan melihat kedua hal diatas yang merupakan bagian dari pada perilaku menyimpang remaja melalui pergaulan bebasnya maka kita ketahui betapa suramnya masa depan anak bangsa yang terjerumus kedalamnya. Mereka aka mengalami banyak tekanan dari berbagai pihak sehingga yang terakhir mereka berada pada titik yang sama sampai kehancuran yang seutuhnya menghampiri remaja tersebut. Padahal persoalan seperti ini adalah hal yang muncul akibat dari pada kesalahn yang sedikit dan tidak pernah diperhatikan.
Sebenarnya ketika seorang remeja berada pada posisi seperti ini atau mengarah kepada hal-hal yang dijelaskan penulis diatas maka disinilah sebenarnya orang tua yang tidak memainkan perannya dengan baik harus mengambil bagian karena apabila anak hanya mengonsumsi narkoba maka anak tersebut masih dapat di rehabilitasi dan jika telah tekena seks bebas maka anak tersebut boleh dijadikan cintoh untuk yang lain agar jangan melakukan hal yang sama. Hal ini bersangkutan dengan penjelasan diatas bahwa memang anak sejak menginjakkan kaki pada usia remaja harus diberikan sosialisasi agar kelak dia mampu menjauhkan diri dari hal-hal semacam ini. Bukan hanya sekedar itu saja melainkan dengan mengajari mereka bagaimana berpikir yang bijak dalam menentukan pilihan dalam langkah-langkah kehidupanya, sebab sekali terjatuh kedalam kencuran maka akan sulit untuk meraih kesuksesan. Dan pastilah akan menjadi sampah masyarakat. Karena yang harus diperhatikan bukanlah untuk kehidupan sesaat tetapi melainkan untuk kehidupan yang akan datang.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

            Berdasarkan seluruh penjelasan yang peneliti jabarkan diatas melaui data faktual yang peneliti temukan melalui pembacaan artikel jurnal dan buku maka peneliti menyimpulkan bahwa:
1.         Perilaku menyimpang adalah sikap yang muncul pada diri individu yang tidak sesuai dengan aturan ataupun norma-norma yang ada.
2.        Yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada pergaulan bebas remaja saat ini adalah Rendahnya taraf pendidikan keluarga, Keadaan keluarga yang tidak stabil. Orangtua yang kurang memperhatikan, Lingkungan setempat kurang baik Kurang berhati-hati dalam berteman, Kedaan ekonomi keluarga, Kurang kesadaran remaja dan Terdapat teknologi informasi (internet).
3.        Jenis perilaku menyimpang yang ada pada renaja saat ini adalah Narkoba dan Seks bebas.
4.        Cara mengatasi pergaulan bebas atau beberapa jalan keluar penanganan dan pencegahan pergaulan bebas dengan beberapa cara diantaranya sebagai berikut: Memperbaiki cara pancang, Jujur pada diri sendiri, Menanamkan nilai ketimuran, Menjaga keseimbangan pola, Banyak melakukan aktivitas secara positif, Memikirkan masa depan, kurangi menonton televisi, sennatiasa membaca buku, berkomunikasi dengan baik, sosialisasi bahaya pergaulan bebas, dan lain sebagainya.

B. Saran

                Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan maka peneliti menyarankan bahwa kiranya kira sebagai generasi muda mampu menjauhkan diri daripada pergaulan bebas dan mampu menjadi agen perubahan untuk memerangi pergaulan bebas. Hal ini mengingat semakin punahnya penerus bangsa yang cemerlang, juga agar kiranya kita mampu berpikir dewasa dalam setiap tindakan kita yang kita jadikan pilihan didalam kehidupan kita.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku
Bachtiar, A.K (2004). Hubungan Cinta Remaja : Mengungkap Pola dan Perilaku
Cinta Remaja. Cet. I Yogyakarta : Saujana.
Doyle P Johnson.1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jil 1. Jakarta:
Gramedia
Harningrum, S. S. (2011). PERILAKU SEKS PRANIKAH DALAM BERPACARAN. Jurnal Pendidikan.
Jurdi, S. (2013). Sosiologi Nusantara. Jakarta: Prenada Media.
Kartono, Kartini, 1981. Patologi Sosial. Bandung : CV Rajawali
Lauer, R. H. (2001). Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Ikapi.
Soekanto, S. (2001). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Referensi Jurnal
Anggreni, D. (2015). DAMPAK BAGI PENGGUNA NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA. eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 3, Nomor 3, 37-51.
Mayasari. (2014). ANALISIS MAKNA PERILAKU MENYIMPANG SISWA BERDASARKAN TEORI INTERAKSI SIMBOLIK. Jurnal Penelitian, 13.
Sitanggang, A. R. (2016). PERILAKU MENYIMPANG REMAJA DALAM MEMANFAATKAN RUANG TERBUKA HIJAU. eJournal Pembangunan Sosial, 1-15.
Su’ud, S. (2011). REMAJA DAN PERILAKU MENYIMPANG. SELAMI IPS Edisi Nomor 34 Volume 1, 5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar